EFEKTIVITAS MADU SEBAGAI ANTI BAKTERI Staphylococcus aureus

Latar Belakang : Staphylococcus aureus adalah bakteri flora normal pada manusia
yang dapat hidup kulit dan jaringan lunak seperti selaput lendir/mukosa dan
merupakan bakteri patogen. Pengobatan infeksi bakteri ini menggunakan antibiotik
tetapi, karena adanya resistensi bakteri terhadap antibiotik membuat masyarakat
mulai mencari alternatif pengobatan secara alami yaitu, madu. Madu adalah cairan
kental yang diproduksi oleh lebah madu dari nektar bunga dan diduga berkhasiat
dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit, antioksidan, antiinflamasi, obat
saluran respirasi, gangguan mata, diabetes mellitus, dan juga dapat mendukung
pertumbuhan mikroba probiotik. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi optimum efektivitas madu Sebagai antibakteri
Staphylococcus aureus. Metode : Adapun metode kuantitatif dengan pendekatan
quasi exsperiment. Hasil Penelitian: Menunjukan bahwa rata-rata diameter zona
hambat bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi madu 10%; 20%; 30%;
40%; dan 50% adalah 7.00 mm; 8.67mm; 9.67mm; 11.33mm; dan 14.67mm.
Dengan uji anova diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada data
perlakuankonsentrasi madu terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan nilai p
value 0,001 < α (0,05). Dengan konsentrasi tertinggi 50% belum mendapatkan nilai
optimal diameter zona hambat. Simpulan: Semakin tinggi konsentrasi maka
semakin besar zona hambat yang terbentuk dengan Konsentrasi tertinggi 50%
dengan rata-rata diameter zona hambat 14,67 mm belum mencapai nilai optimum.
Saran : Bagi masyarakat, madu dapat digunakan sebagai obat alami dan kepada
peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang meningkatkan
konsentrasi pengujian madu sebagai antibakteriterhadap bakteri Staphylococcus
aureus. Menguji pertumbuhan zona hambat dengan jenis madu yang berbeda
seperti madu yang memiliki merek dan juga dengan bakteri patogen lainnya.

Background: Staphylococcus aureus is a normal flora bacterium on human skin
and soft tissues such as mucous membranes and is a pathogenic bacterium. The
treatment of bacterial infections uses antibiotics, but bacterial resistance to
antibiotics makes people begin to seek alternative natural treatments, namely
honey. Honey is a thick liquid produced by honey bees from quasi-nectar flowers
and is believed to be efficacious in treating various types of diseases, antioxidants,
anti-inflammatory, respiratory tract drugs, eye disorders, diabetes mellitus, and can
also support the growth of probiotic microbes. Objective: This study aims to
determine the optimum concentration of honey effectiveness as an antibacterial for
Staphylococcus aureus. Method: The quantitative method with a quasi exsperiment
approach. Research Results: Show that the average diameter of the Staphylococcus
aureus bacterial inhibition zone at honey concentrations of 10%; 20%; 30%; 40%;
and 50% are 7.00 mm; 8.67mm; 9.67mm; 11.33mm; and 14.67mm. With an ANOVA
test, it is known that there is a significant difference in the treatment data of honey
concentration on Staphylococcus aureus bacteria with a p-value of 0.001 < α
(0.05). With the highest honey concentration of 50%, the optimal inhibition zone
diameter has not yet been achieved. Conclusion: Higher the concentration the
larger the inhibition zone that forms. The highest concentration of 50%, with an
average inhibition zone diameter of 14.67 mm, has not reached the optimal value.
Suggestions: For the community, honey can be used as a natural remedy, and
further researchers can conduct additional research to increase the concentration
of honey testing as an antibacterial agent against Staphylococcus aureus bacteria.
Testing the growth of inhibition zones with different types of honey, including
branded honey, and also with other pathogenic bacteria.